Kapan Memilih Metode Case Study (Studi Kasus)?
Kapan memilih case study atau studi kasus? Jawaban sederhananya adalah ketika fenomena yang ingin dieksplorasi bersifat unik, sesuai istilahnya, keunikan tersebut terwakili oleh kata 'kasus' dalam "studi kasus". Simak penjelasan artikel ini hingga tuntas untuk mengetahui kapan Anda harus memilih case study.
Keunikan
Studi kasus, sesuai istlahnya, dicirikan dengan adanya sebuah keunikan fenomena yang ingin dieksplorasi. Misalnya, di era teknologi seperti sekarang ini, semua guru mengajar dengan menggunakan teknologi berbasis internet. Namun, di sebuah kota besar dengan sumber daya serta jaringan internet yang memadai, terdapat sebuah sekolah atau seorang guru yang tidak menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Dalam konteks ini, sekolah atau seorang guru yang tidak menggunakan teknologi dalam pembelajaran telah memenuhi syarat untuk dieksplorasi dengan menggunakan metode case study (studi kasus). Logika tersebut juga dapat diterapkan pada kondisi yang sebaliknya, misalnya, di daerah terpencil dengan sumber daya dan jaringan internet yang tidak memadai terdapat sebuah lembaga atau pendidik yang menggunakan teknologi.
Naturalistik
Naturalistik dalam hal ini berarti keberadaan peneliti tidak membawa hal baru di setting penelitian. Artinya, fenomena yang dieksplorasi harus tetap alami atau natural tanpa intervensi dari peneliti. Tantangan terberat dari peneliti kualitatif ada pada poin ini. Yakni, bagaimana keberadaan peneliti kualitatif dapat menjaga kealamian setting penelitian. Dengan kata lain, peneliti kualitatif harus mampu menjamin keberadaannya dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian tidak mempengaruhi keadaan. Jika poin ini tidak dijamin oleh peneliti kualitatif, maka data penelitian dapat berujung pada hasil yang bias.
Bias data merupakan "serangan" yang pada umumnya dilayangkan kepada peneliti kualitatif. Keberadaan kamera saat penelitian kualitatif berlangsung dapat meningkatkan potensi terjadinya bias data karena subjek penelitian yang mengetahui dirinya sedang direkam, secara psikologis, dapat mengubah perilaku subjek penelitian. Dalam hal ini, kealamian perilaku subjek penelitian berpotensi terdistorsi. Bahkan keberadaan penelitipun, meskipun tanpa kamera dan alat tulis, telah mempengaruhi kealamian setting penelitian.
Untuk mengatasi hal tersebut, para pakar kualitatif sepakat untuk menerapkan standar yang populer dikenal dengan istilah "saturation" atau "data saturation" yang berarti bahwa penelitian kualitatif baru dapat dihentikan ketika tidak ada lagi variasi data yang bisa didapatkan meskipun durasi pengamatan diperpanjang.
Menghasilkan Teori atau Hipotesis
Jika kuantitatif dicirikan dengan tujuan menguji teori, karakteristik metode penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori dan/atau hipotesis. Ketika tujuan penelitian Anda untuk menghasilkan teori berdasarkan fenomena atau kasus yang akan Anda eksplorasi, maka metode penelitian case study (studi kasus) layak Anda gunakan. Hal ini biasanya akan terlihat dari pemaparan hasil penelitian. Untuk menghindari kesalahan, pikirkan tujuan penelitian Anda matang-matang sebelum menyusun proposal Anda. Sekali lagi, ketika tujuan Anda adalah untuk menjelaskan atau menggambarkan 'kasus' menjadi sebuah teori atau hipotesis, maka case study (studi kasus) dapat Anda gunakan.