Penelitian Kualitatif: Perbedaan Fenomenologi dengan Studi Kasus
Peneliti kualitatif kerap mengalami kesulitan dalam memilik metode atau desain penelitian yang tepat karena terdapat banyak kesamaan dengan perbedaan yang tipis antara jenis-jenis metode dan desain penelitian kualitatif. Dua metode dan desain kualitatif yang sering membingungkan adalah fenomenologi dan studi kasus. Terkadang terjadi overlap diantara keduanya. Apa saja perbedaan fenomenologi dengan studi kasus? Dalam artikel ini, keduanya dibedakan berdasarkan 4 poin utama, yang meliputi pengertian dan tujuan, metode dan pendekatan yang digunakan, karakteristik data yang diharapkan, dan analisis data.
Fenomenologi dan Studi Kasus: Pengertian Umum dan Tujuan
Fenomenologi adalah pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami pengalaman subjektif individu, cara mereka merasakan suatu fenomena. Pendekatan ini berfokus pada bagaimana orang memaknai dan memberikan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. Dalam fenomenologi, peneliti berusaha untuk menggali makna-makna yang terkandung dalam pengalaman manusia secara mendalam. Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk mengungkap esensi dari pengalaman manusia, serta untuk memahami bagaimana individu mengalami suatu fenomena dari perspektif mereka sendiri. Fenomenologi tidak berfokus pada penjelasan sebab-akibat atau generalisasi, melainkan berusaha untuk menangkap pengalaman sebagai bentuk realitas yang dirasakan oleh subjek penelitian.
Di sisi lain, studi kasus merujuk kepada metode penelitian yang mendalam untuk mempelajari suatu objek atau fenomena dalam konteks yang spesifik, sering kali melalui analisis terhadap satu unit atau lebih. Unit ini bisa berupa individu, kelompok, organisasi, atau peristiwa tertentu. Tujuan utama dari studi kasus adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kompleksitas dan dinamika suatu fenomena dengan memfokuskan pada konteks dan interaksi yang terjadi dalam objek studi tersebut. Pada umumnya, studi kasus digunakan untuk menggali masalah atau situasi yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, serta memberikan wawasan tentang cara fenomena atau masalah tersebut dapat berkembang dalam lingkungan yang lebih luas. Misalnya, studi kasus bisa dilakukan untuk meneliti sebuah kecelakaan industri, kebijakan pendidikan yang gagal, atau kesuksesan sebuah program kesehatan.
Fenomenologi dan Studi Kasus: Metode dan Pendekatan
Fenomenologi menggunakan pendekatan yang lebih terstruktur dalam pengumpulan data, dengan fokus utama pada wawancara mendalam. Pendekatan ini sering kali melibatkan teknik seperti wawancara terbuka atau semi-terstruktur, di mana peneliti mengajak partisipan untuk berbagi pengalaman mereka terkait fenomena yang sedang diteliti. Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui proses yang disebut sebagai “reduksi fenomenologis,” yang bertujuan untuk menyingkirkan asumsi dan penilaian eksternal, sehingga peneliti bisa menggali makna yang mendalam dari pengalaman partisipan. Dalam penelitian fenomenologi, peneliti berusaha untuk "bracketing" atau memisahkan asumsi dan pandangan pribadi mereka, agar dapat lebih objektif dalam memahami pengalaman yang diungkapkan oleh partisipan. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih otentik mengenai dunia subjektif yang dialami oleh individu.
Sementara itu, studi kasus biasanya melibatkan pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif, tergantung pada sifat penelitian. Pengumpulan data dalam studi kasus dapat dilakukan melalui berbagai teknik seperti wawancara, observasi, dokumen, survei, dan statistik. Dalam banyak kasus, studi kasus melibatkan analisis mendalam terhadap data yang diperoleh dalam jangka waktu yang panjang, baik secara longitudinal maupun cross-sectional. Peneliti dalam studi kasus berfokus pada pengumpulan data dari berbagai sumber dan merinci dinamika yang terjadi dalam konteks spesifik tersebut. Biasanya, peneliti akan melakukan analisis deskriptif dan tematik untuk menyusun cerita atau narasi yang menggambarkan objek atau fenomena studi. Hal ini bisa melibatkan penyusunan model atau teori berdasarkan data yang diperoleh.
Fenomenologi dan Studi Kasus: Karakteristik Data
Data dalam fenomenologi lebih terfokus pada pengalaman subjektif individu dan umumnya hanya mengandalkan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data utama. Peneliti dalam fenomenologi biasanya mencari data yang dapat menggambarkan pengalaman langsung partisipan, baik melalui cerita pribadi, narasi, atau deskripsi tentang perasaan dan pemikiran mereka saat berinteraksi dengan suatu fenomena. Data yang dikumpulkan dalam fenomenologi cenderung lebih kualitatif, berupa kata-kata, cerita, atau perasaan yang menggambarkan pengalaman internal individu. Peneliti berfokus pada pemahaman esensi pengalaman tersebut, bukan pada analisis sebab-akibat atau faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi fenomena tersebut.
Di sisi lain, data dalam studi kasus biasanya bersifat multimodal, yang berarti peneliti dapat mengumpulkan data dari berbagai sumber. Ini bisa mencakup wawancara dengan berbagai pihak yang terlibat, observasi langsung terhadap situasi, dokumentasi terkait peristiwa yang terjadi, dan statistik yang relevan dengan fenomena yang diteliti. Peneliti akan mengorganisasi data ini untuk menganalisis dan memberikan interpretasi yang komprehensif tentang konteks dan dinamika yang terjadi. Sebagai contoh, dalam studi kasus tentang sebuah perusahaan yang menghadapi masalah keuangan, peneliti mungkin akan mengumpulkan data dari laporan keuangan perusahaan, wawancara dengan manajer dan karyawan, serta pengamatan terhadap proses operasional perusahaan. Analisis data ini akan fokus pada pemahaman bagaimana masalah keuangan tersebut muncul, faktor-faktor apa yang mempengaruhinya, dan bagaimana solusi yang diterapkan.
Fenomenologi dan Studi Kasus: Analisis dan Interpretasi Data
Dalam fenomenologi, analisis data berfokus pada pencarian makna mendalam dari pengalaman subjektif partisipan. Analisis ini dilakukan dengan cara yang lebih sistematik dan terstruktur, seperti menggunakan metode "reductive analysis," di mana peneliti berusaha untuk mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul dari wawancara dan kemudian menggali makna-makna yang terkandung di dalamnya. Analisis fenomenologis bertujuan untuk mengungkap esensi pengalaman manusia, tanpa mengaburkan makna yang diungkapkan oleh partisipan dengan teori atau perspektif eksternal. Peneliti menginterpretasikan data dengan hati-hati, selalu berusaha untuk tetap dekat dengan pengalaman yang dibagikan oleh partisipan.
Sebaliknya, dalam studi kasus, analisis data dilakukan dengan pendekatan yang lebih holistik, di mana peneliti mencoba untuk memahami konteks yang lebih besar dari fenomena yang sedang dipelajari. Ini termasuk analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang mungkin memengaruhi hasil atau peristiwa yang sedang dianalisis. Peneliti mungkin akan menggunakan teknik analisis kualitatif seperti analisis tematik, analisis konten, atau bahkan analisis kuantitatif jika data yang dikumpulkan bersifat numerik. Tujuan dari analisis studi kasus adalah untuk merangkum dinamika dalam konteks tersebut, serta menggali hubungan sebab-akibat yang mungkin terjadi. Peneliti berusaha untuk menyusun penjelasan atau rekomendasi berdasarkan temuan yang ada, yang dapat diadaptasi atau diterapkan pada kasus serupa di tempat lain.