Belajar Bahasa Inggris dari Game Online: Extramural English
Belajar bahasa dapat dilakukan melalui media apa saja, termasuk dari game online seperti PUBG, Counter Strike, League Of Legends, FIFA 23, It Takes Two, Overcooked 2, dan lain sebagainya. Pembelajaran seperti ini dikenal dengan istilah extramural English. Telah banyak penelitian yang dilakukan terkait efek dari pembelajaran bahasa Inggris melalui game online dan mayoritas penelitian berujung pada kesimpulan yang positif. Artinya, game online-pun bisa menjadi media yang reliabel dan efektif untuk pembelajaran.
Karakter Game Online untuk Extramural English
Seluruh game yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa instruksional pada dasarnya dapat digunakan sebagai media pembelajaran Bahasa Inggris. Namun, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, mainkanlah game-game multiplayer yang mengharuskan Anda untuk berbicara dengan pemain lain dari seluruh dunia. Salah satu contohnya, Player Unknown's Battlegrounds atau yang lazim dikenal dengan PUBG. Untuk memaksimalkan pembelajaran Anda, mainkan game ini dengan memilih server yang tidak banyak diisi oleh orang-orang yang senegara dengan Anda. Untuk mengeahui bagaimana Anda dapat memetik buah manis dari bermain game online, berikut ini cerita seorang teman penulis yang merasakan dampak positif dari bermain game online, lebih tepatnya dari mempraktekkan extramural English secara tidak disengaja.
Lancar Speaking Bahasa Inggris Melalui Game Online
Sub-judul diatas merupakan kisah nyata! Dalam sebuah pertemuan di forum komunikasi daring, penulis berkenalan dengan seseorang yang sangat fasih berbahasa Inggris. Karena kefasihannya tersebut, penulis mengira ia pernah sekolah di negara berbahasa Inggris. Ternyata, fluency atau kefasihannya berbahasa Inggris ia asah melalui bermain game online.
Menurut pengakuan orang yang penulis jumpai tersebut, ia tidak pernah membeli buku bahkan tidak pernah membaca buku berbahasa Inggris. Dalam sebuah percakapan panjang tersebut, penulis mencoba menggali pengalaman yang bersangkutan khususnya yang terkait dengan faktor-faktor yang membaut fluency-nya terkesan seperti seorang pendebat. Ketika ditanya, ia mengaku kemampuan speaking-nya ia dapatkan murni hanya dari bermain game online. Ia bahkan mengatakan bahwa sekolah tidak berkontribusi apa-apa terhadap kemampuan bahasa Inggrisnya karena sekolah tidak pernah mengajarkan bahasa Inggris melainkan hanya serangkaian rumus yang tidak bermakna.
Ia bercerita bahwa pada awal ia memainkan game tersebut, timnya sering kalah karena kurangnya kerjasama. Kurangnya kerjasama tersebut terjadi karena kendala bahasa, lebih tepatnya, karena ia tidak memahami dan tidak mampu mengutarakan isi kepalanya ke dalam bahasa Ingris.
Fokus Pada Game, Bukan Pada Bahasa Inggris
Seiring berjalannya waktu, ia memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan setimnya dengan menggunakan kalimat-kalimat sederhana dan frasa-frasa dasar yang sering ia dengar ketika bermain game online, misalnya 'watch your step!', 'I need back up!', dan lain sebagainya, hingga akhirnya secara signifikan ia mampu mengutarakan ide-ide kompleks secara alami, tanpa harus menerjemahkan idenya dari bahasa ibu ke bahasa Inggris.
Menurutnya, hal yang paling membantunya adalah lingkungan bermain game yang memaksa dirinya untuk terus berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Ia tidak punya pilihan lain jika ingin bermain dengan baik dan memenangkan permainan. Lama-kelamaan, ia menjadi lebih percaya diri dalam berbicara, dan tanpa disadari, kemampuannya terus meningkat. Ia mulai memahami lebih banyak kosakata dan struktur kalimat yang lebih kompleks. Dari situ, ia belajar mengolah strategi, berargumen, hingga bercanda dalam bahasa Inggris bersama timnya.