MENGENAL KONSEP PEMBELAJARAN DEEP LEARNING
Deep learning dalam konteks pendidikan merujuk pada pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna. Istilah ini sebenarnya lebih dominan digunakan dalam teknologi kecerdasan artifisial, yang merujuk kepada model jaringan saraf tiruan (artificial neural networks) yang berfungsi untuk meniru cara manusia berpikir dan belajar yang memungkinkan pemrosesan data dalam jumlah besar dilakukan secara efisien dan akurat. Beberapa bukti dominasi istilah deep learning dalam dunia kecerdasan artifisial dapat dikonfirmasi melalui pencarian di basis data Scopus yang menyarankan artikel-artikel tentang artificial intelligence.

Selain itu, berdasarkan penelusuran pada repository buku digital, kata kunci deep learning juga masih dikenali sebagai istilah AI. Tidak satupun dari hasil yang mengarah kepada pendidikan. Gambar di atas merupakan dua buku tentang deep learning.
KONSEP DEEP LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
Makna literal dari deep learning sendiri adalah pembelajaran mendalam. Jika istilah tersebut diadopsi ke dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, maka akan berarti pendekatan atau metode pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam terhadap materi pelajaran dengan berlandaskan pada pelinatan proses berpikir kritis. Dengan kata lain, deep learning akan sangat tergantung pada variabel berpikir kritis atau 'critical thinking'.
Berpikir Kritis (Critical Thinking)
Istilah berpikir kritis atau "critical thinking" populer pada abad ke-20. Oleh filsuf Amerika, John Dewey, istilah tersebut disebut dengan berpikir reflektif atau "reflective thinking" yang menekankan pada pentingnya pemikiran aktif dan kritis dalam mempertimbangkan keyakinan dan pengetahuan yang ada. Ia berargumen bahwa berpikir kritis merupakan bagian integral dari pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan individu menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Critical thinking terdiri dari beberapa komponen kunci yang saling terkait, antara lain:
- Analisis: Kemampuan untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk memahami struktur dan hubungan antar bagian tersebut.
- Evaluasi: Menilai kredibilitas sumber informasi dan kekuatan argumen yang diajukan.
- Interpretasi: Memahami makna dari informasi atau argumen yang disajikan.
- Sintesis: Menggabungkan berbagai informasi untuk membentuk pandangan atau argumen baru.
- Refleksi: Merenungkan proses berpikir sendiri dan mempertimbangkan bias serta asumsi pribadi.
Mengadopsi Paradigma Konstruktivisme
Deep learning dalam dunia pendidikan menekankan bahwa pengetahuan itu dibangun atau dikonstruk berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Secara epistemologis, konsep ini dikenal dengan konstruktivisme. Dalam paradigma ini, peserta didik belajar melalui integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sehingga model mental tentang realitas berubah secara perlahan.
Menekankan Pencarian Makna yang Mendalam
Konsep ini juga menekankan pada pencarian makna yang mendalam melalui rangkaian aktivitas belajar yang mendalam. Dalam hal ini, makna tidak dipaksakan dan tidak ditransmisikan melalui instruksi langsung, melainkan disampaikan melalui kegiatan pembelajaran mendalam melalui rangkaian aktivitas yang mengungkap makna dari konsep-konsep abstrak dalam materi pembelajaran. Peserta didik mengikuti proses belajar dengan niat untuk memahami dan mencari makna. Aktivitas belajar disusun dengan mempertimbangkan proses yang memicu dan memacu peserta didik untuk bmenggunakan konsep berpikir kritis dalam mencari hubungan antara materi dan menginterpretasikan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan struktur pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan sebelumnya.
Metakognisi dan Discovery Learning
Metakognisi merujuk kepada kemampuan individu untuk menyadari dan mengendalikan proses berpikir yang meliputi bagaimana seseorang belajar, berpikir, dan memecahkan masalah. Discovery learning sendiri menekankan pada proses pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah, yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Istilah discovery learning sering digunakan dalam situasi yang memerlukan pemahaman konsep-konsep abstrak atau rumit, karena memungkinkan peserta didik untuk dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman praktis. Keuntungan utama dari discovery learning adalah meningkatkan keterlibatan peserta didik dan memperdalam pemahaman mereka karena mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif tetapi aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Berdasarkan informasi tersebut, diketahui bahwa peran pendidik dalam hal ini bukan sebagai sumber pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator yang membantu dan mengarahkan peserta didik terhadap pencarian makna berdasarkan rangkaian pembelajaran.